Penanaman
nilai – nilai luhur pada anak terutama remaja adalah peran penting dalam
keluarga. Karena berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Kementrian Pemberdayaan
dan Perempuan (KPPA) penanaman nilai – nilai luhur pada remaja sekarang sangat
lah rendah. Padahal sebenarnya penanaman nilai – nilai luhur pada remaja sangat
lah penting agar mereka tidak terjerumus ke hal – hal negatif yang dapat
merusak masa depan remaja itu sendiri.
Penanaman
nilai – nilai luhur pada anak dapat dilakukan dengan cara melakukan kegiatan –
kegiatan di masyarakat yang secara tidak langsung menyiratkan penanaman nilai –
nilai luhur pada remaja dan mengadakan pelatihan – pelatihan yang pesertanya
adalah anal – anak dan para remaja.
Kementrian
PPA bahwa landasan pembuatan Pedoman Penanaman Nilai – nilai Luhur pada Anak
Dalam Keluarga adalah UU
No. 23 Tahun 2002 tentang perlindungan Anak bab III Pasal 19, bahwa setiap anak
berkewajiban untuk menghormati orang tua, wali dan guru, mencintai keluarga,
masyarakat, menyayangi teman, cinta tanah air serta melaksanakan etika dan
akhlak yang mulia.
Penanaman
nilai – nilai luhur pada anak juga dapat dilakukan dengan berbagai kegiatan
kemasyarakatan di sekolah, serta batasan – batasan yang diberikan juga dapat
membuat para remaja tahu bahwa hal yang ini boleh ia lakukan sedangkan hal yang
itu tak boleh ia lakukan. Pihak sekolah juga dapat memfasilitasi anak didiknya
untuk mendekat kembali dengan tradisi dan kebudayaan di lingkungan setelah itu
baru membangkitkan kreativitas anak dalam hal menulis dan menggambar.
Indonesia
kaya akan berbagai tradisi dan budaya dan berbagai nilai – nilai luhur
terkandung didalamnya. Tapi saat ini nilai – nilai luhur pada anak tersebut
sudah sangat terpinggirkan oleh modernisasi yang saat ini sudah menyebar luas
dikalangan remaja bahkan anak – anak. Contohnya film kartun Doraemon, Spongebob
Squarepants, Dora the Explorer, dan juga Upin dan Ipin yang bukan merupakan
kebudayaan Indonesia sudah sangat terkenal dikalangan anak – anak, tetapi
terkadang saat anak ditanya tentang kebudayaan asing mereka lebih mengetahui
daripada kebudayaan daerah mereka sendiri.
Sebagian
besar masyarakat Jambi merasa malu dengan tradisi budaya nasional yang mereka
miliki, tetapi mereka merasa bangga dengan kebudayaan asing. Padahal seharusnya
mereka bangga dengan kebudayaan tradisional yang mereka miliki bukan bangga
dengan kebudayaan asing yang jelas – jelas bukan kebudayaan nasional Indonesia.
Pada dasarnya
inisiatif terdiri dari tiga komponen yaitu mendekatkan kembali anak – anak pada
budaya dan tradisi yang mereka miliki, mengembangkan daya kreatif anak, dan
mempublikasikannya. Dengan cara begitu diharapkan anak memilik kesempatan untuk
mengapresiasikan kebudayaan serta tradisi yang dimiliki di lingkungan mereka.
Pada
dasarnya sebagian anak memiliki kreatifitas yang tinggi hanya saja karena
fasilitas dan lingkungan yang kurang mendukung sehingga mereka tidak dapat
mengapresiasikannya dengan mudah. Maka dari itu, harus ada yang membimbing
mereka agar mereka dapat mengasah lebih jauh kreatifitasnya sehingga menjadi
karya – karya yang luar biasa.
Tetapi jika
bakat yang ada didalam diri anak tersebut tidak dikembangkan dari kecil maka perlahan
– lahan bakat anak tersebut akan hilang. Agar bakat anak tersebut tidak hilang
dibutuhkan peran orangtua dalam membantu mengasah bakat anak tersebut agar
bakatnya tidak hilang dan dapat dikembangkan menjadi lebih baik.
Esensi
pendidikan umum adalah proses menghadirkan kondisi yang mungkinkan subyek didik
untuk memperluas dan memperdalam makna – makna esensial untuk mencapai
kehidupan manusiawi. Dengan demikian esensi pendidikan umum mencakup dua
dimensi yaitu dimensi pedagogis dan dimensi subtantif. Dimensi pedagogis adalah
proses menghadirkan kondisi sebanyak mungkin anak didik terundang untuk
memperluas dan memperdalam dimensi subtantif.
Pendidikan
umum dilaksanakan dalam keluarga, sekolah, dan masyarakat. Dengan demikian
keluarga merupakan lembaga yang mengembangkan tugas dan tanggung jawab dalam
pencapaian tujuan pendidikan umum.
Tujuan
esensial pendidikan umum adalah mengusahakan subyek didik menjadi generasi yang
utuh dan terintegrasi. Agar mencapai tujuan menjadi generasi yang utuh dan terintegrasi
dibutuhkan peran orangtua dalam menciptakan situasi dan kondisi yang memuat
iklim yang dapat dimengerti anak – anak untuk memperluas makna – makna
esensial.
Pendidikan
dalam keluarga memberikan kepercayaan terhadap agama, nilai budaya yang mencakup
nilai moral dan aturan dalam bergaul, serta pandangan dan sikap hidup dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Anak yang
disiplin memiliki aturan dengan tingkah lakunya dengan didasari kepercayaan
terhadap agama, aturan pergaulan hidup, pandangan hidup, serta norma – norma
yang berlaku. Jadi intinya orangtua hanya sebagai pembimbing dan yang mengatur
adalah diri anak itu sendiri. Jika anak itu dapat melaksanakannya dengan baik
sesuai dengan hati nurani maka saat itu juga ia sudah menjadi anak yang
disiplin, tetapi tak hanya sampai situ, ia harus tetap menerapkan sikap
disiplin itu di kehidupan sehari – harinya sehingga ia benar – benar menjadi
anak yang disiplin.
Keluarga
adalah sekumpulan orang yang bersama dan setiap orang saling memiliki tautan
batin sehingga saling mempengaruhi, saling memperhatikan, dan saling
menyayangi. Dalam berbagai dimensi, esensi keluarga adalah kesatuan yang
memiliki tujuan yaitu keutuhan dalam mendidik anak untuk memiliki dan
mengembangkan sikap disiplin.
Keutuhan
keluarga saat penting bagi anak terutama pada pemikirannya secara moral. Karena
dengan adanya keluarga yang utuh, setiap anak pasti merasa bahwa ia memiliki
keluarga yang sempurna dan kasih sayang yang ia dapatkan pun lengkap. Dengan
keluarga yang utuh dapat memberikan kepercayaan terhadap anak untuk
mengembangkan sikap disiplinnya.
Kepercayaan
dari orangtua yang diberikan untuk anak akan menimbulkan arahan, bimbingan
dengan bantuan orangtua yang diberikan kepada anak dan menyatu sehingga
memudahkan anak untuk mengerti makna dari upaya yang dilakukan, sehingga anak
mengubah sikapnya menjadi lebih disiplin.
Jika rumah
tangga, sekolah, dan masyarakat adalah
sendi bimbingan insani. Maka rumah tangga juga pemberi pengaruh utama disamping
masyarakat dan sekolah. Orangtua harus mampu membimbing, menuntun, serta
memberi arahan agar si anak penuh dengan gairah untuk memberika motivasi pada
anak. Dan kunci pentingnya lagi orangtua harus memiliki komunikasi yang baik dengan
anak sehingga mereka dapat memonitor perkembangan mental dan moral anak.
Orangtua
memegang peranan penting pada anak dalam mendidik anak di lingkungan keluarga.
Jika disekolah anak dididik oleh guru maka jika di keluarga orang – orang yang
terdapat didalam keluarga itulah yang dapat mendidik kedisiplinan, kesopan, dan
moral anak.
Dalam agama
anak diajarkan untuk menghormati
orangtuanya dan orang yang lebih tua darinya. Memberikan contoh tauladan
yang baik itulah peran orangtua. Dalam penanaman nilai – nilai moral pada anak
peran orangtualah yang pertama kali dibutuhkan oleh anak. Maka keluargalah yang
pertama kali mengajarkan nilai – nilai moral terhadap anak, karena keluargalah
yang pertama kali memberikan contoh kepada anak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar