Senin, 19 November 2012

Peran Orangtua dalam Penanaman Nilai – Nilai Luhur pada Anak

Penanaman nilai – nilai luhur pada anak terutama remaja adalah peran penting dalam keluarga. Karena berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Kementrian Pemberdayaan dan Perempuan (KPPA) penanaman nilai – nilai luhur pada remaja sekarang sangat lah rendah. Padahal sebenarnya penanaman nilai – nilai luhur pada remaja sangat lah penting agar mereka tidak terjerumus ke hal – hal negatif yang dapat merusak masa depan remaja itu sendiri.
Penanaman nilai – nilai luhur pada anak dapat dilakukan dengan cara melakukan kegiatan – kegiatan di masyarakat yang secara tidak langsung menyiratkan penanaman nilai – nilai luhur pada remaja dan mengadakan pelatihan – pelatihan yang pesertanya adalah anal – anak dan para remaja.
            Kementrian PPA bahwa landasan pembuatan Pedoman Penanaman Nilai – nilai Luhur pada Anak Dalam Keluarga adalah UU No. 23 Tahun 2002 tentang perlindungan Anak bab III Pasal 19, bahwa setiap anak berkewajiban untuk menghormati orang tua, wali dan guru, mencintai keluarga, masyarakat, menyayangi teman, cinta tanah air serta melaksanakan etika dan akhlak yang mulia.

            Penanaman nilai – nilai luhur pada anak juga dapat dilakukan dengan berbagai kegiatan kemasyarakatan di sekolah, serta batasan – batasan yang diberikan juga dapat membuat para remaja tahu bahwa hal yang ini boleh ia lakukan sedangkan hal yang itu tak boleh ia lakukan. Pihak sekolah juga dapat memfasilitasi anak didiknya untuk mendekat kembali dengan tradisi dan kebudayaan di lingkungan setelah itu baru membangkitkan kreativitas anak dalam hal menulis dan menggambar.
            Indonesia kaya akan berbagai tradisi dan budaya dan berbagai nilai – nilai luhur terkandung didalamnya. Tapi saat ini nilai – nilai luhur pada anak tersebut sudah sangat terpinggirkan oleh modernisasi yang saat ini sudah menyebar luas dikalangan remaja bahkan anak – anak. Contohnya film kartun Doraemon, Spongebob Squarepants, Dora the Explorer, dan juga Upin dan Ipin yang bukan merupakan kebudayaan Indonesia sudah sangat terkenal dikalangan anak – anak, tetapi terkadang saat anak ditanya tentang kebudayaan asing mereka lebih mengetahui daripada kebudayaan daerah mereka sendiri.
            Sebagian besar masyarakat Jambi merasa malu dengan tradisi budaya nasional yang mereka miliki, tetapi mereka merasa bangga dengan kebudayaan asing. Padahal seharusnya mereka bangga dengan kebudayaan tradisional yang mereka miliki bukan bangga dengan kebudayaan asing yang jelas – jelas bukan kebudayaan nasional Indonesia.
            Pada dasarnya inisiatif terdiri dari tiga komponen yaitu mendekatkan kembali anak – anak pada budaya dan tradisi yang mereka miliki, mengembangkan daya kreatif anak, dan mempublikasikannya. Dengan cara begitu diharapkan anak memilik kesempatan untuk mengapresiasikan kebudayaan serta tradisi yang dimiliki di lingkungan mereka.
            Pada dasarnya sebagian anak memiliki kreatifitas yang tinggi hanya saja karena fasilitas dan lingkungan yang kurang mendukung sehingga mereka tidak dapat mengapresiasikannya dengan mudah. Maka dari itu, harus ada yang membimbing mereka agar mereka dapat mengasah lebih jauh kreatifitasnya sehingga menjadi karya – karya yang luar biasa.
            Tetapi jika bakat yang ada didalam diri anak tersebut tidak dikembangkan dari kecil maka perlahan – lahan bakat anak tersebut akan hilang. Agar bakat anak tersebut tidak hilang dibutuhkan peran orangtua dalam membantu mengasah bakat anak tersebut agar bakatnya tidak hilang dan dapat dikembangkan menjadi lebih baik.
            Esensi pendidikan umum adalah proses menghadirkan kondisi yang mungkinkan subyek didik untuk memperluas dan memperdalam makna – makna esensial untuk mencapai kehidupan manusiawi. Dengan demikian esensi pendidikan umum mencakup dua dimensi yaitu dimensi pedagogis dan dimensi subtantif. Dimensi pedagogis adalah proses menghadirkan kondisi sebanyak mungkin anak didik terundang untuk memperluas dan memperdalam dimensi subtantif.
            Pendidikan umum dilaksanakan dalam keluarga, sekolah, dan masyarakat. Dengan demikian keluarga merupakan lembaga yang mengembangkan tugas dan tanggung jawab dalam pencapaian tujuan pendidikan umum.
            Tujuan esensial pendidikan umum adalah mengusahakan subyek didik menjadi generasi yang utuh dan terintegrasi. Agar mencapai tujuan menjadi generasi yang utuh dan terintegrasi dibutuhkan peran orangtua dalam menciptakan situasi dan kondisi yang memuat iklim yang dapat dimengerti anak – anak untuk memperluas makna – makna esensial.
            Pendidikan dalam keluarga memberikan kepercayaan terhadap agama, nilai budaya yang mencakup nilai moral dan aturan dalam bergaul, serta pandangan dan sikap hidup dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
            Anak yang disiplin memiliki aturan dengan tingkah lakunya dengan didasari kepercayaan terhadap agama, aturan pergaulan hidup, pandangan hidup, serta norma – norma yang berlaku. Jadi intinya orangtua hanya sebagai pembimbing dan yang mengatur adalah diri anak itu sendiri. Jika anak itu dapat melaksanakannya dengan baik sesuai dengan hati nurani maka saat itu juga ia sudah menjadi anak yang disiplin, tetapi tak hanya sampai situ, ia harus tetap menerapkan sikap disiplin itu di kehidupan sehari – harinya sehingga ia benar – benar menjadi anak yang disiplin.
            Keluarga adalah sekumpulan orang yang bersama dan setiap orang saling memiliki tautan batin sehingga saling mempengaruhi, saling memperhatikan, dan saling menyayangi. Dalam berbagai dimensi, esensi keluarga adalah kesatuan yang memiliki tujuan yaitu keutuhan dalam mendidik anak untuk memiliki dan mengembangkan sikap disiplin.
            Keutuhan keluarga saat penting bagi anak terutama pada pemikirannya secara moral. Karena dengan adanya keluarga yang utuh, setiap anak pasti merasa bahwa ia memiliki keluarga yang sempurna dan kasih sayang yang ia dapatkan pun lengkap. Dengan keluarga yang utuh dapat memberikan kepercayaan terhadap anak untuk mengembangkan sikap disiplinnya.
            Kepercayaan dari orangtua yang diberikan untuk anak akan menimbulkan arahan, bimbingan dengan bantuan orangtua yang diberikan kepada anak dan menyatu sehingga memudahkan anak untuk mengerti makna dari upaya yang dilakukan, sehingga anak mengubah sikapnya menjadi lebih disiplin.
            Jika rumah tangga, sekolah, dan  masyarakat adalah sendi bimbingan insani. Maka rumah tangga juga pemberi pengaruh utama disamping masyarakat dan sekolah. Orangtua harus mampu membimbing, menuntun, serta memberi arahan agar si anak penuh dengan gairah untuk memberika motivasi pada anak. Dan kunci pentingnya lagi orangtua harus memiliki komunikasi yang baik dengan anak sehingga mereka dapat memonitor perkembangan mental dan moral anak.
            Orangtua memegang peranan penting pada anak dalam mendidik anak di lingkungan keluarga. Jika disekolah anak dididik oleh guru maka jika di keluarga orang – orang yang terdapat didalam keluarga itulah yang dapat mendidik kedisiplinan, kesopan, dan moral anak.
            Dalam agama anak diajarkan untuk menghormati  orangtuanya dan orang yang lebih tua darinya. Memberikan contoh tauladan yang baik itulah peran orangtua. Dalam penanaman nilai – nilai moral pada anak peran orangtualah yang pertama kali dibutuhkan oleh anak. Maka keluargalah yang pertama kali mengajarkan nilai – nilai moral terhadap anak, karena keluargalah yang pertama kali memberikan contoh kepada anak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar